Pages

Labels

Carvedium (1) Curchat (3) Fun (1) Game (1) Guide (1) Joke (1) Love (3) Pecinta Alam (2) Tips (1) Trick (1)

Sabtu, 10 September 2011

Carvedium- The Day Seizer- My second Family

sebenernya gue mungkin telat ngepost ini
soalnya bru mulai bloging skrng hhe


i want to tell my story
a story about a little piece of my life
a story where i find eveything
the time i became the day seizer
the time i became CARVEDIUM


dulu exkul gw adalah basket,gw g dateng demo ekskul jd g tau harus milih apa
hal itu berlanjut sampai gw melewati Trip Observasi dan kenalan sm salah satu anggota gw,yaitu Aulia Wulandari,dia dari kelas KI
gw ini awalnya temen curhat nya aulia,rata2 yang dia ceritain itu kalo engga pacarnya ya ekskulnya yg namanya CARVEDIUM,lama lama lama gw jg jd tertarik sm ekskul itu soalnya ekskul basketpun saat itu lg ga aktif dan ekskul2 gw yg lain jg gitu2 aja,terus terang,terhitung gw kelas 1 itu kehiatan gw:

-Anggota KKR
- Wakil Divisi Kajian Islam Rohis SMAN 81 FORMASI
-Basket
-Anggota muda SC Kimia Tim Olimpiade Sains SMAN 81(dulu gw satu2nya anak kelas 10 yang lolos tes SC kimia ^^V)
-Anggota J-Club (Japan Club)
-Karate
-dan akhirnya gua bergabung sm CARVEDIUM

Semua bermula saat gw ktemu aulia di lab komputer.saat itu gw bilang,li gw mau ikut Carve. Saat itu gw ketemu sama entah itu kak Fajar ato kak Adit,mereka itu kembar dan butuh waktu 1,5 tahun buat gw bisa bedain mereka.setelah itu dimulailah kegiatan pertama gue
Hari demi hari gue jalani dengan membawa nama Caang Carvedium 10.10 adalah angkatan gw.ekskul ini uda berdiri selama 30 tahun dan menggunakan nama Carvedium sejak sepuluh tahun yang lalu,wow ekskulnya uda tua banget.

Lalu dimulailah Pra Latihan Dasar Carvedium,yaitu rangkaian akhir pelatihan Carvedium sebelum pelantikan.anggota caang kami awalnya ada 15 dan gua mendapat nomer 14
sialnya anggota yang dilantik berjumlah 13.lha? gw no 14 dari 13 anggota zzz.......
Rangkaian LD pun berlalu,diakhiri dengan












Saat itu adalah akhir perjuangan CC.10 dan awal perjuangan C.10
sebagai pengurus periode 2010-2011 dengan anggota
-Andrian Sutriawan
-Milla Aprilisa
-Dyanti Prameswari
-Nurina Noviarini
-Rio Muhammad Fadli
-Saraswati
-Hana Budi
-Wa Ode Iin Ariani
-Firda Fairuz Zakiyah
-M.Fatah Karyadi
-Akrima Fajrin
-Satrio Ramadhan
-dan akhirnya gua Indra Denny

Setelah melewati sertijab dan memulai kepengurusan
terpilihlah gw sebagai Wakil Ketua Carvedium 10
Sebagai pengajar kami buat sistem spesialisasi
spesialisasi gw adalah Mountenering(rapling,penyebrangan kering dll),simpul dan Navigasi Kompas
tiap orang ahli dalam sesuatu,dan bersama2 kami sempurna
itu adalah pedoman kami sebagai

Jumat, 03 Juni 2011

indomaret story part 1

hey yaa guys
still following my blog?
not yet? get start then!


okay kembali sesi curhat gw dimana smw orang bisa lihat tapi g ad yang tau,lhoo?



okay,back then............................. tepatnya bbrp minggu yg lalu(if i am not mistaken)
 gw pergi ke indomaret bwt beli bbrp bekal makanan,soal nya gw bsk mw ke CITATAH
bwt ROCK CLIMBING bukan ROK STEALING lho yah
..................................
..................................
...................................
kisah pun ber mulai
gw membeli beberapa perbekalan dan menuju ke kashir eh cashier,trus disamping gw ada se-jolly alias cewe-cowo yg pacaran nih. tapi belinya rokok(nah ini dia,gw benci bgt sm orang sok2an ngerokok)
and you know what? they bought 2 diffrent cigar(WHAT THE F**K)
berarti 22 nya ngerokok dong? owh man a pair of ABABIL

tapi setelah itu gw ketawa se girang2nya dlm hati gw(but i am not insane lhoo,i am inden)

FACTOR #1
cewenya : mbak rokoknya ya mbak,marlboro menthol 1,kamu apa beb?
cowonya: hmmm djarum super aja(WHAT THE F**K!!!!!!????? MASA ROKOKNYA KALAH SM CEWENYA????????)

disini gw uda mulai nahan ketawa nih,cerita berlanjut

FACTOR #2
mbak kasir pun berkata
: ini aja mbak?
cewenya: iya mbak,but ga pake plastik yach(Hmm...... sebut kantong kresek bisa kalee)
cwo nya langsung nyeletuk(dengan gaya handplay dan percaya dirinya) : iya mbak,b'cause no plastik no global warning mbaakk(SEKALI LAGI SAUDARA2,DIA BILANG "WARNING")

(mbak kasir pun tertawa sidkit2)
iseng deh gw : lho kok bisa mas no plastik no global warming mas?(gua pura2 nanya,tp spelling nya bener lho,gua g alay soalnya)
cowonya : yah mas ga green lifestyle sih(ANJRIT,gw pecinta alam yak,masa dibilang ga green lifestyle,sungguh TERLALU)

okay now its time to counter attack

gw bilang aja: mas itu plastik nya OXIUM mas,plastik itu ramah lingkungan,soalnya bakal ke urai sendiri dalam 2 tahun(cengok dah tu ber 2)


akhirnya mereka lngsung ngacir dah
nah loooo,malu sndiri dah tu ber 2

Navigasi Darat

semoga guide dari gw bermanfaat yah



1. Teknik Peta Kompas

a. Orientasi peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis). Untuk keperluan orientasi ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bukit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta. Untuk keperluan praktis, utara magnetis dianggap sejajar dengan utara sebenarnya, tanpa memperlitungkan adanya deklinasi.

Langkah-langkah orientasi peta :

  * a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok;
  * b) Letakkan peta pada bidang datar;
  * c) Letakkan kompas diatas peta dan sejajarkan antara arah utara peta dengan utara   magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
   * d) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut       dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
* e) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

b. Azimuth dan Back Azimuth

Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju. Azimuth juga sering disebut sudut kompas. Perhitungan searah jarum jam. Ada tiga macam azimuth yaitu :

    * a) Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran;
    * b) Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran;
    * c) Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.

Back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara menghitungnya : bila sudut azimuth lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth = 180 derajat maka back azimuthnya adalah 0 derajat atau 360 derajat.

c. Resection

Resection adalah menentukan kedudukan/posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tAnda medan yang dikenali. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik. Jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik.

Langkah-langkah resection :

    * a) Lakukan orientasi peta;
    * b) Cari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah;
    * c) Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu
    * d) Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut             azimuth
    * e) pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, dan hitung sudut pelurusnya
    * f) perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita di peta

d. Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat di lapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta.

Langkah-langkah melakukan intersection :
    * lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita
    * bidik obyek yang kita amati (b)
    * pindahkan sudut yang kita dapat dipeta (c)
    * bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c
    * perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

e. Koreksi sudut

Pada pembahasan utara telah dijelaskan bahwa utara sebenarnya dan utara kompas berlainan. Hal ini sebetulnya tidaklah begitu menjadi masalah penting jika selisih sudutnya sangat kecil, akan tetapi pada beberapa tempat, selisih sudut/deklinasi sangat besar sehingga perlu dilakukan perhitungan koreksi sudut yang didapat dari kompas (azimuth) yaitu :

    * Dari kompas (K) dipindahkan ke peta (P): P= K +/- (DM +/- VM)
    * Dari peta( P) dipindahkan ke kompas (K): K= P +/- (DM +/- VM)

Keterangan:
TAnda +/- diluar kurung untuk DM (deklinasi magnetis/iktilaf magnetis)
= dari K ke P: DM ke timur tanda (+), DM ke barat tanda (-)
= dari P ke K: DM ke timur tanda (-), DM ke barat tanda (+)

TAnda +/- di dalam kurung untuk VM (variasi magnetis)
=tAnda (+) untuk increase/naik; tAnda (-) untuk decrease/turun.

Contoh Perhitungan:

Diketahui sudut kompas/azimuth 120 derajat, pada legenda peta tahun 1942 tersebut: DM 1 derajat 30 menit ketimur, VM 2 menit increase, lalu berapa sudut yang akan kita pindahkan ke peta?

P= K=+/- (DM +/- VM) ingat! kompas ke peta, DM ke timur VM increase

besar VM sekarang (2002)= (2002-1942) x 2 menit

= 120 menit = 2 derajat (1 derajat=60 menit)

sudut P = 120 derajat + (1 menit 30 detik + 2 derajat)

= 123 derajat 30 menit, jadi sudut yang dibuat di peta adalah 123 1/2 derajat.

f. Analisa Perjalanan

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu, dan tanda medan.

    * a. Jarak
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalihkannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.

    * b. Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. TAnda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.

    * c. Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau, ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.

Bila Anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti. Lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar Anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.


2. Bentuk Navigasi

a. Navigasi Sungai

Pendahuluan

Dalam perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu, kita dituntut untuk menguasai navigasi sungai seperti halnya navigasi darat dalam perjalanan gunung hutan. Secara praktis ilmu navigasi sungai telah lama dikenal oleh orang Dayak di pedalaman Kalimantan. Sebab sungai merupakan satu-satunya sarana angkutan bagi mereka. Dan dalam penentuan kedudukannya di sungai, mereka menggunakan tanda-tanda alam yang berupa riam, belokan sungai, penyempitan/pelebaran sungai, muara dan lainnya.

Pengertian Navigasi Sungai

Navigasi sungai adalah teknik untuk menentukan kedudukan secara tepat dalam perjalanan penyusuran sungai. Perbedaan yang mendasar antara navigasi sungai dan navigasi darat terletak pada acuan dasar untuk menentukan kedudukan. Pada navigasi darat, yang diambil sebagai acuan dasar adalah bentuk permukaan fisik bumi yang digambarkan oleh garis kontur, sedang pada navigasi sungai acuan dasarnya adalah bentuk dari tepi kiri dan kanan sungai, yaitu belokan-belokan sungai yang tergambar di peta.

Perlengkapan Navigasi sungai

    * Peta
Ada dua macam peta yang digunakan yaitu:

- Peta situasi sungai, peta ini tidak mempunyai garis kontur, yang tergambar adalah sungai dan desa yang ada di sepanjang daerah aliran sungai. Skala peta yang dipakai sebaiknya 1:50.000 atau 1:25.000, yang cukup jelas menggambarkan kondisi fisik sungai. Peta ini umumnya dibuat oleh perorangan yang pernah tinggal atau melakukan survey dan pemetaan disepanjang sungai tersebut.

- Peta topografi, mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan peta situasi karena dapat membantu membaca kondisi alam di sekitar sungai seperti berupa rawa, tebing, bukit maupun pegunungan.

    * Kompas
Digunakan untuk menentukan sudut belokan-belokan sungai. Kompas bidik dan kompas orienteering dengan keakuratan yang baik dapat digunakan untuk keperluan ini.

    * Alat Tulis
Berupa kertas tulis, busur derajat, penggaris dan alat tulis. Dipakai untuk menentukan posisi, setelah terlebih dahulu membidik sudut kompas dari sungai dan melakukan penaksiran jarak.

    * Altimeter
Altimeter bukan merupakan peralatan yang paling utama untuk menentukan posisi, tetapi lebih tepat untuk mengetahui gradien sungai, yaitu beda tinggi antara dua titik di sungai dalam jarak 1 km (contoh gradien sungai 9 m/km, yaitu beda tinggi 9 m antara dua titik yang berjarak 1 km). Karena perbedaan tinggi pada penurunan sungai relatif kecil untuk tiap km panjang sungai, maka sebaiknya digunakan altimeter yang cukup teliti, misalnya dengan kemampuan membaca perbedaan tinggi sampai 10 meter (sebagai gambaran, untuk sungai yang berarus deras dan banyak air terjunnya, perbedaan sungai rata-rata untuk tiap kilometer hanya sekitar 40 meter).

Menentukan Kedudukan Pada Peta

Dilakukan dengan cara bergerak menyusuri sungai sambil memperhatikan perubahan arah belokan sungai, dibantu dengan tAnda-tAnda alam tertentu yang terdapat disepanjang sungai. Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menentukan kedudukan:

    * a. Dengan Bantuan Tanda-Tanda alam

Misalnya kita sedang melakukan penyusuran sungai dari titik A ke titik B, kemudian pada suatu tempat dijumpai sebuah muara anak sungai di sebelah kiri, untuk menentukan kedudukan pada saat ini adalah: Lakukan orientasi peta, kemudian amati sekitar medan dengan teliti, ukur sudut kompas (azimuth) dari lintasan sungai pada belokan di depan dan di belakang dengan menggunakan kompas, ingat tanda alam sebelumnya yang terdapat di belakang (misalnya di belakang kita terdapat sebuah delta) dan lihat juga tanda alam di depan (misalnya belokan sungai ke arah kiri), kemudian gambar situasi sungai yang telah di dapat, kemudian cari padanannya pada peta (perlu diketahui bahwa delta yang terdapat pada sungai adalah delta yang cukup besar, tidak tertutup pada saat banjir, dan di tumbuhi pepohonan, jika tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak akan digambarkan pada peta). Apabila masih kurang jelas, maka perlu dilakukan penyusuran sampai pada tAnda alam berikutnya yang dapat lebih memperjelas kedudukan kita.

    * b. Membuat Peta Sendiri

Teknik pelaksanaannya yaitu dengan penaksiran jarak dan pengukuran sudut kompas (azimuth). Sebelum melakukan cara ini, sebaiknya mata kita di latih dahulu untuk menaksir jarak, misalnya untuk jarak 50 meter atau 100 meter. Cara termudah adalah dengan berlatih di jalan raya dengan bantuan sepeda motor atau mobil yang penunjuk jaraknya masih berlaku dengan baik, dapat juga dengan bantuan tiang listrik (setiap 50 meter), patok kecil di sepanjang jalan raya (100 meter). Jika mata sudah terlatih, dapat dipraktekkan pada jalan dalam kota yang banyak belokannya. Untuk sungai di daerah hulu yang sempit dan banyak tikungannya, maka di pakai patokan jarak setiap 50 meter dengan sisa ukuran terkecil adalah 10 meter. Sedangkan untuk sungai di daerah tengah dan hilir yang relatif lebih lebar dan lurus (kecuali pada daerah meander), atau jari-jari belokan besar (sudut belokannya relatif kecil untuk jarak 100 meter), maka dipakai patokan jarak setiap kelipatan 100 meter dengan sisa ukuran terkecil 25 meter.

Jadi kita membuat sungai menjadi sebuah batang yang terdiri dari banyak ruas panjang dan pendek, yang berbelok-belok sesuai dengan sudutnya. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan sungai adalah : sediakan peralatan yang diperlukan, buat tabel pada kertas yang terdiri dari dua kolom, kolom pertama untuk derajat (azimuth) dan kolom kedua untuk jarak (meter). Jika ingin lebih teliti dapat ditambahkan dua kolom lagi, yaitu untuk lebar sungai dan keterangan yang diperlukan (misalnya jika ada penyempitan, batu besar di tengah sungai, tebing terjal di kiri dan kanan sungai dan lainnya), bidik kompas pada awal pergerakan, dan taksir jaraknya dengan mata yang sudah terlatih, isikan hasil bidikan pada kolom 1 dan 2, jika menggunakan perahu sebaiknya dilakukan dari tengah sungai, hitung jaraknya sambil bergerak maju setiap 50 dan 100 meter. Setelah sampai pada batas yang telah ditentukan dari ruas sungai, lakukan pembidikan dan taksirkan jaraknya kembali, ulangi sampai melampaui 3 belokan sungai, kemudian buat gambar sungai tersebut berdasarkan hasil catatan yang ada pada tabel, skala dapat di misalkan 1 cm untuk 100 meter atau lebih kecil lagi, kemudian cari padanan atau bentuk yang mirip dari gambar sungai yang kita buat dengan peta sungai yang kita bawa, dengan demikian kedudukan kita di peta dapat ditentukan yaitu pada titik terakhir yang kita buat, jika belum di dapat juga ulangi sampai beberapa belokan lagi.

b. Navigasi Rawa

Navigasi rawa adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di medan rawa. Navigasi rawa merupakan navigasi pada daerah dataran sehingga prinsipnya sama dengan navigasi gurun pasir. Tidak ada tAnda ekstrim (bukit atau lembah) yang dapat dijadikan patokan. Jika pada rawa daerahnya datar dan kadang di penuhi aliran sungai yang dapat berubah akibat banjir, maka pada gurun pasir pun daerahnya selalu berubah-ubah akibat tiupan angin. Seperti pada navigasi darat (gunung hutan), maka langkah pertama yang paling penting sebelum memulai perjalanan adalah mengetahui letak titik pemberangkatan di peta. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan sebagai patokan adalah sungai, lokasi desa terdekat, garis pantai (jika dekat dengan pantai), jadi perlu diperhitungkan kecermatan orientasi medan yang teliti.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam navigasi rawa adalah:

    * tentukan titik pemberangkatan kita di peta
    * bidik arah perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya
   * ukur dan catat jarak tempuh perjalanan dengan sudut kompas tersebut, lakukan terus untuk setiap bagian perjalanan sampai menemukan tanda yang dapat dijadikan patokan, misalnya sungai, jika belum dijumpai, lakukan terus sambil mencari tempat beristirahat. Cara mengukur jarak :

- Dengan penaksiran jarak (jika sudah mahir), seperti navigasi man to man atau pemakaian back azimuth pada navigasi gunung hutan, pemegang kompas berjalan di belakang dan rekan lainnya berjalan menurut sudut kompas. Batas jarak pengukuran untuk satu segmen tergantung dari mata dan telinga, artinya sampai batas pengelihatan jika medannya tertutp atau sampai batas pendengaran jika medannya terbuka, jadi panjang suatu segmen relatif, tergantung medan yang dihadapi

- Dengan menggunakan pita ukur atau tali, caranya sama seperti di atas, tetapi didapat hasil yang lebih teliti

- Dengan alat bantu ukur yang di pasang pada pinggang pemegang kompas, yaitu pemegang kompas berjalan paling belakang, rekan yang di depan membuka jalur sesuai arah sudut kompas, ikat ujung benang pada titik awal pada saat membelok atau merubah arah, lihat angka yang tertera pada alat pengukur tersebut. Putuskan benang dan ikat kembali ujung yang baru pada titik belok

- Dengan alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian depan. Catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas. Ambil patokan 10 langkah sama dengan beberapa meter, atau kelipatan yang habis dibagi dengan 10

    * Plot hasil pengukuran tersebut pada peta, pergunakan skala peta yang sesuai dengan skala peta      yang dimiliki, jika pengukuran jarak dan sudut kompas teliti maka akan didapat hasil yang akurat.
    * Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan. Jika tersesat, minimal kita mempunyai catatan    perjalanan untuk kembali ke tempat semula.
    * Jika sudut kompas dan jarak tempuh sudah ditentukan, maka plot di peta arah lintasan kita. Lakukan perjalanan dengan sudut kompas tersebut dan pergunakan cara melambung jika medannya tidak memungkinkan untuk dilalui, dengan tidak melupakan poin 2 dan 3.

Cara Berjalan di Rawa :
    * a. Bawa tongkat dan tali. Tongkat untuk mengukur kedalaman lumpur rawa, dan tali untuk    membantu menarik teman yang terbenam.
    * b. Berjalan secara beriringan. Usahakan bejalan berdekatan dengan tanaman yang ada, injak bekas             tumbuhan semak, rumput, atau akar tumbuhan yang ada karena tanahnya relatif lebih keras.
    * c. Tebas ranting pohon, dan letakkan secara melintang pada jalur yang akan diinjak, gunanya untuk             menahan lajunya turunnya badan kita ke dalam rawa, prinsipnya sama seperti orang berjalan di atas salju yang lunak dengan menggunakan sepatu ski, semakin luas permukaan yang diinjak,        maka semakin ringan beban yang ditanggung oleh salju.
    * d. Waspadalah terhadap binatang yang banyak terdapat di sekitar tanaman yang tumbuh di daerah rawa, umunya mereka berbisa.

c. Navigasi Pantai

Navigasi pantai adalah teknik berjalan dan menentukan posisi dengan tepat di daerah pantai. Navigasi pantai jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan navigasi rawa dan sungai, sebab sebuah garis posisi sudah diketahui, yaitu sebuah garis tepi pantai, jadi hanya dibutuhkan sebuah tAnda lagi untuk melakukan resection. Tanda-tanda medan yang dapat dijadikan patokan adalah:
- sudut arah dari garis pantai;
- tanjung atau teluk;
- muara sungai;
- pulau atau karang yang terdapat disekitar pantai;
- bukit yang terdapat didaerah pantai;
- kampung nelayan

Jika sudah terlatih navigasi gunung hutan, maka navigasi di daerah pantai tidak menjadi masalah, karena pada navigasi pantai lebih ditekankan pembacaan peta. Tanpa bantuan kompas pun sebenarnya kita dapat berjalan di tepi pantai, kompas dibutuhkan jika harus melakukan perjalanan potong kompas, menghindari rintangan yang berupa tebing terjal yang tidak mungkin untuk dilewati.

Langkah-lagkah yang harus dilakukan dalam navigasi pantai:

    * Plot posisi kita dengan cara resection.
    * Berjalan mengikuti garis pantai selama masih memungkinkan.
    * Catat waktu perjalanan untuk waktu yang berbeda atau tiap menjumpai tanda yang mudah dikenal. Ini dilakukan untuk mempermudah kita jika kehilangan posisi. Periksa posisi kita di peta setiap          menjumpai tanda-tanda medan yang mudah dikenal, misalnya tanjung dan muara sungai.
    * Jika menemui rintangan yang berupa tebing karang yang tidak mungkin dilewati, lakukan resection untuk menentukan posisi terakhir sebelum tebing tersebut. Setelah itu rencanakan perjalanan    melambung dengan bantuan kompas sampai melewati rintangan. Pada tebing karang, umumnya         perjalanan harus melewati tanjakan dan turunan yang terjal.

3. PETA